Ketika seresah jatuh, terlepas dari daun-daun lainnya, sebuah
pertanda kesuburan dan keberkahan dimulai. Dan tatkala akar rumpun bambu
berkelana, menerobos pori tanah, sebuah kehidupan berkerumun. Bahkan nenek
moyang telah mengajarkan, menanam biji-biji tanaman di atas tanah dari bawah
rumpun bambu. Meyakini secara naluri, inilah tanah terbaik, untuk hasil yang
sempurna.
Ribuan kehidupan bermukim di akar rumpun bambu, Pseudomonas
Flouren, makhluk tak kasat mata yang menjadikan kelarutan P di tanah
meninggi. Nutrisi bagi pohonan lain. Tak salah, di setiap tegalan, di lereng-lereng curam, bambu menjadi
pilihan, bagi keteduhan, pula penahan butiran tanah tak bermigrasi.
Para Leluhur,
tak abai, betapa bambu begitu berharga. Rimbun daun-daun bambu mampu menyuplai
30 % oksigen ke atmosfer, dan mengganyang polutan karbon dioksida. Begitu menakjubkan,
ketika bambu dipanen, tunas-tunas baru terus menumbuh, meninggi hingga 90 cm
dalam sehari. Sendiri, begitu berdaulat, tak butuh upeti makanan, sebab
batang-batang bambu telah dilimpahi kasih sayang dari guguran daun-daun miliknya.
Tak jarang, rumpun bambu menjadi persinggahan para rumput dan
perdu. Sebagai tempat tumbuh yang jauh
dari kekhawatiran ancaman bakteri jahat.
Sebab bambu dibekali bio agen alami “Kun Bambu” zat anti bakteri yang
dapat menghambat dan mencegah 70 % bakteri yang mencoba tumbuh di atasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar